Paling Sibuk, Bagaimana Cara Agar Ibu-ibu Tidak Perlu Senewen di Bulan Puasa?

Wida Kriswanti | 3 Mei 2019 | 13:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Bulan Ramadhan adalah bulan spesial dalam segala hal. Terjadi perubahan di sana-sini, terutama dirasakan oleh para ibu rumah tangga Muslim yang menjalankan ibadah puasa bersama keluarganya.

Mereka harus bangun lebih awal di waktu sahur untuk menyiapkan santapan sahur dan membangunkan anggota keluarga lainnya, menyediakan santapan berbuka puasa, membimbing si kecil untuk memahami dan ikut puasa, serta tetap memperbanyak ibadah.

Bagi sebagian orang, khususnya pada orang yang tidak cukup fleksibel, perubahan-perubahan itu dapat menimbulkan tekanan (stres).

Dra Darjanti Kalpita R, psikolog yang juga praktek di Rumah Sakit AZRA, Bogor menyebutkan perubahan ritme tidur, perubahan jadwal makan, dan perubahan biaya belanja berpotensi menimbulkan ketegangan.

"Lebih pendeknya jam tidur dan keharusan makan di jam yang tidak biasa bisa menimbulkan rasa tidak nyaman. Tugas membangunkan si kecil yang biasanya sulit dibangunkan saat sahur juga dapat menimbulkan ketegangan tersendiri bagi ibu. Pun perubahan aktivitas ibadah yang diperbanyak, bisa menimbulkan stres bila saat mengerjakannya seseorang tidak nyaman atau tidak tenang karena masih memikirkan hal lain yang belum dikerjakan. Misalnya, saat shalat tarawih masih memikirkan, 'menu sahur nanti apa, ya?," kata Darjanti.

Sedangkan tentang perubahan biaya belanja, karena para ibu cenderung memiliki persepsi bahwa menu yang disajikan (di bulan Ramadhan) harus istimewa. Akibatnya, anggaran untuk makan pun membengkak.

"Sebenarnya ini persepsi keliru. Biasanya makanan yang disajikan secara berlebihan pun tidak akan habis dimakan. Tentu saja ini pemborosan yang pasti berpotensi menimbulkan konflik dengan suami, bila memang tidak ada biaya ekstra," terangnya.

Stres pada sebagian orang bisa mengakibatkan gangguan kesehatan tubuh. Sebagai contoh, Darjanti memberi contoh banyaknya keluhan nyeri di lambung saat berpuasa.

"Orang-orang mengambil kesimpulan karena berpuasalah mengalami nyeri lambung. Padahal sebenarnya, tidak semua nyeri lambung disebabkan perubahan jadwal makan di bulan Ramadhan. Stres juga bisa menyebabkan nyeri lambung atau maag. Lalu ada juga orang yang menyebutkan mereka cepat capek dan lelah selama bulan Ramadhan gara-gara kurang tidur" papar Darjanti.

Perubahan aktivitas di bulan Ramadhan, bagi sebagian orang lainnya dapat dilalui dengan nyaman. Dan seharusnya begitu juga untuk semua ibu. Karena stres berlebihan menjelang dan selama bulan Ramadhan tidak perlu terjadi, bila kita pintar mengelola dan mempersiapkan perubahan aktivitas dengan efektif.

"Kunci kesuksesan menjalankan ibadah di bulan Ramadhan adalah pengelolaan waktu yang efektif. Dengan mempersiapkan segala sesuatu secara detail, maka perubahan aktivitas dapat tetap dijalani tanpa harus stres. Dan sebaliknya, justru selama bulan Ramadhan kita dapat memperoleh energi psikis ekstra, karena pada hakikatnya bulan Ramadhan adalah momentum penting bagi kita untuk introspeksi diri," lanjutnya.

Agar semuanya berjalan lancar dan para ibu siap mengucapkan selamat tinggal pada senewen, berikut Darjanti menuturkan hal-hal yang harus dipersiapkan.

Buat Daftar Kegiatan Ramadhan Beserta Jadwalnya

Sebelum memasuki bulan Ramadhan, Anda sudah bisa mereka-reka kegiatan tidak biasa apa saja yang akan menjadi kewajiban di bulan Ramadhan. Buat jadwal kegiatan lengkap dengan jam dan perincian kegiatan.

Bila perlu cantumkan apa saja yang perlu dipersiapkan sebelumnya. Lalu bagikan kepada seluruh anggota keluarga agar mereka mengetahui perubahan-perubahan apa saja yang terjadi. Misalnya buat kesepakatan, bangun sahur jam berapa? Apakah lebih awal atau mendekati waktu imsak?

Keputusan semacam ini tergantung pada masing-masing keluarga. Bagi yang sekolah atau bekerja, juga harus memastikan jam beraktivitas berubah atau tidak. Buat penyesuaian aktivitas lainnya. Catat secara pasti dan tetapkan sebagai jadwal yang harus dipatuhi. 

Buat Daftar Menu untuk Berbuka dan Sahur

Dengan merencanakan bahan-bahan makanan apa saja yang dibutuhkan dalam memasak setiap harinya, belanja akan terkontrol hanya pada bahan-bahan yang benar-benar diperlukan. Pengeluaran uang belanja akan tepat guna.

Kalau bisa, susunlah menu masakan secara periodik. Misalnya berbelanja untuk keperluan masak selama satu minggu. Sehingga Anda akan menghemat waktu belanja. Tidak perlu setiap hari ke pasar juga, kan? 

Libatkan Seluruh Anggota Keluarga dalam Aktivitas Khusus Ramadhan

Tidak segala-galanya menjadi kewajiban ibu untuk mengerjakan. Biasakan bagi seorang ibu untuk bisa juga berfungsi sebagai pengatur dan pengelola anggota keluarga lainnya. Jadi mulailah berani mengajak anak-anak untuk ikut membantu pekerjaan tambahan yang biasa ada di bulan Ramadhan. Seperti menghangatkan masakan, menyiapkan meja, atau bangun sendiri saat jam sahur.

Percaya kepada anak-anak sekaligus melatih mereka untuk menerima delegasi tugas dan kerja tim. Oh iya, tidak terkecuali suami, lho. Anda bisa juga meminta secara terbuka bantuan darinya.

Untuk menghadapi gangguan si kecil, komunikasikan dengan mereka (lebih awal) sesuai dengan nalarnya. Kalau memang usia dan nalarnya belum siap memahami puasa, tidak perlu memaksa mereka bangun saat sahur. Jangan menambah ketegangan yang tidak semestinya ada.

Penulis : Wida Kriswanti
Editor: Wida Kriswanti
Berita Terkait